This is one of story as contributor in theme "I Love Me"
Writer Fitri Haryani Nasution
MENCINTAI HOTMAIDA
“Jika
kita tidak mencintai diri sendiri, lalu bagaimana orang lain bisa mencintai kita?”
Hotmaida tahu bahwa dirinya punya
banyak sekali kekurangan.Mulai dari bentuk tubuh, wajah, hingga otak yang
pas-pasan.Pokoknya tidak ada yang spesial dalam dirinya. Tidak pintar, tidak
cantik, tidak kaya, tidak ada bakat khusus, bahkan tidak juga punya passion dan bayangan masa depan
yang hebat. Hotmaida hanyalah seorang anak dari tukang bubur yang sekarang
sedang bersekolah di SMA Negeri 1 Padangsidimpuan.Salah satu SMA yang dikenal
dengan mayoritas murid yang pintar, kaya juga cantik maupun tampan. Sedangkan
bagi Hotmaida, ia memilih sekolah ini bukan karena ia memiliki salah satu ciri
diatas. Tapi, hanya karena rumahnya dekat dengan SMA Negeri 1 dan ia bisa jalan
kaki ke sekolah tanpa harus mengeluarkan ongkos, jadi bisa lebih irit dan hemat
setiap harinya. Hanya itu alasannya bersekolah disini.Namun, sekolah disini
ternyata membuatnya merasa selalu terasing.Hotmaida akhirnya merasa jengah dengan
keadaan ini. Dan tepat kenaikan kelas dua SMA, ia memilih untuk memgambil
keputusan.
“Mak, pak!Hotma ingin pindah!”
“Pindah apa maksudmu?” jawab Bapak
spontan
“Pindah sekolah.Hotma nggak mau
sekolah di situ lagi!” wajah Hotma merengut.Bibirnya mancung kedepan.
“Lho, kenapa?” ibu yang sedang duduk
disamping bapak turut berbicara.
“Hotma nggak cocok dengan mereka
semua buk!Mereka semua pintar, cantik, kaya lagi.Hotma tak punya itu
semua.Hotma di kelas cuma jadi bahan ejekan saja.Tidak ada yang mau berteman
dengan Hotma.”Mata Hotma memerah mengeluarkan semua isi hatinya yang dipendam
selama ini. Hingga satu bulir air mata keluar dari sudut bola matanya.
“Tapi pindah itu butuh biaya
Hotma.Kamu sudah menjalani setahun disana, bersabarlah sedikit lagi hingga kamu
tamat.Kita tak punya uang untuk memindahkan kamu sekolah” ucap ayah.
“Lalu, apa gunanya aku tetap sekolah
disana jika aku hanya jadi bahan tertawaan? Juga seperti tidak dianggap..”Hotma
meringis.
“Hotma, tapi pindah tidak semudah
itu” jawab ibu.
“Kalian tidak pernah mengerti!
Kenapa aku harus dilahirkan di keluarga yang miskin ini?Kenapa aku tidak bisa
cantik seperti mereka?Kenapa juga aku tidak pintar seperti mereka. Pokoknya aku
tidak mau lagi sekolah disana! Aku benci diriku! Aku benci semuanya!”Hotma
berbalik dan menuju kamarnya. Dan didalam kamar, ia sesenggukan menangis dan
semakin membenci dirinya.
Sudah seminggu Hotma meliburkan
diri.Ia tidak mau pergi sekolah dan selalu mengurung diri di kamar. Hingga ibu
dan ayahnya merasa terpukul dengan keadaan Hotma.Mereka sebenarnya merasa sakit
hati dengan sikap Hotma.Tapi ayah yang bijaksana selalu memutar otak untuk
mencari jalan menyadarkan Hotma.Hari ketujuh Hotma tidak sekolah, ayah datang
dan membujuknya untuk yang kesekian kalinya.
“Ayah tahu kamu sangat kecewa.
Kecewa pada kami, pada keadaanmu, pada semuanya.Tapi jangan berlarut-larut
dalam kesedihan Hotma.Lihatlah masih banyak kebahagiaan didunia.Bukan hanya
sekedar cantik, pintar ataupun kaya.”
“Sudahlah ayah sebaiknya diam. Ayah
tak akan pernah tahu dan tak pernah mengerti” sanggah Hotma tanpa melihat wajah
ayahnya.
“Kalau begitu ikut ayah”
“Malas. Hotma tidak ingin keluar”
“Sekali ini saja dan ayah tidak akan
pernah membujukmu lagi untuk sekolah disana.Bahkan kau bisa memilih untuk
pindah dari sana”.Mendengar kata pindah, Hotma langsung melihat wajah ayahnya.
“Kemana?” tanya Hotma lagi
“Ikut saja dengan ayah.” Ayah
tersenyum. Senyum yang sangat indah hingga Hotma merasa sedikit lebih tenang
dengan senyum itu.
“Baiklah”
Ayah mengajak Hotma pergi
jalan-jalan. Ayah membawa Hotma pergi ke mall dan mengajaknya makan disana.
Hotma sangat senang, karena tidak pernah ayahnya mengajaknya makan di mall
seperti saat ini.Hotma bahkan berpikir ayahnya sudah berubah dan ada satu hal
yang terlintas dalam benaknya darimana ayahnya bisa punya uang untuk
mengajaknya jalan-jalan dan makan.
Selesai makan, mereka keluar dari
mall dan menuju sebuah lapangan besar di belakang mall.Disana ada banyak sekali
orang yang berkerumun dan menyaksikan pertunjukan musik yang dimainkan oleh
seorang laki-laki seumuran Hotma.Namun ia cacat alias tidak memiliki kaki.
Kulitnya coklat dan badannya kurus. Tapi, ia berhasil menjadi pusat perhatian
karena alunan musiknya yang merdu. Banyak orang memberikan uang saat musik
berhenti.Dan ketika orang sudah mulai sepi, ayah membawa Hotma untuk mendekat
padanya.
“Ini anak saya yang saya ceritakan
kemarin..” kata ayah tiba-tiba. Hotmaida terkejut dan merasa heran. Ayah
ternyata mengenal laki-laki cacat pemain
musik ini. Laki-laki itu tersenyum.
“Kamu gadis yang cantik.Senang
berkenalan denganmu Hotmaida.Nama saya Makdin.” ucapnya.Dan itu membuat
Hotmaida sedikit bangga.Belum pernah ada orang yang memujinya cantik.Namun
siapa laki-laki ini?
“Ayah..”Hotmaida menyentuh lengan
ayahnya dan menunjukkan ekspresi kebingungan.
“Ucapkanlah terimakasih pada Makdin
nak.Ia yang membiayai uang jalan-jalan dan juga makan kita hari ini. Uang itu
darinya.”Hotmaida kaget.Apa maksud ayahnya? Ia mengernyitkan keningnya dan
merasa tidak percaya. Bagaimana Makdin yang memberi ayahnya uang untuk
jalan-jalan hari ini?
“Hotmaida, kamu tidak usah
bingung.Itu bukan apa-apa.Dan tanpa maksud apa-apa. Saya yang memaksa memberikan
uang itu pada bapak saat bapak cerita sama saya tentang kamu. Saya hanya ingin
berbagi, membuat orang lain merasa senang. Itu saja” Makdin menjawab dengan
senyum.Hotmaida merasa terpukul.
“Tapi untuk apa?”
“Percayalah, bukan untuk
apa-apa.Saya hanya senang melakukannya” jawab Makdin.
“Lalu bagaimana ayah berpikir aku
akan senang dengan ini semua?Kamu juga, kenapa memberi pada ayah.Kamu lebih
membutuhkan.Kenapa kamu memberi uangmu pada ayah? Kamu tidak membuatku senang.”
Ucap Hotma. Makdin sesaat diam. Ia memandang Hotma tepat ke manik mata. Ia
melihat ada kekecewaan disana. Ia mendesah dan berucap.
“Dulu, aku sangat membenci diriku.
Ayah dan ibuku sudah meninggal. Aku tak punya uang, tubuhku cacat, dan aku
tidak pernah sekolah.Semua orang menjauh dariku bahkan menganggapku sampah
masyarakat.Apalagi berharganya hidupku?Hingga aku pernah berpikir mengakhiri
hidup.Aku sering menyakiti diriku.Tapi, akhirnya aku sadar.Bahwa masih ada
kekuatan diatasku.Yang menghidupkanku.Aku percaya bahwa Tuhan masih bersamaku.
Lalu aku mulai berpikir, jika aku tidak mencintai diriku maka bagaimana bisa
orang lain juga mencintaiku? Aku mulai bangkit dan bermain musik.Aku
melimpahkan semua perasaanku dalam setiap alunan musik yang kumainkan.Aku semakin
semangat menjalani hidupku”.Makdin mengambil napas sejenak.Ekspresi keras Hotma
mulai berubah.
Namun,
sering juga aku masih merasa cemburu pada orang lain yang lebih dariku, yang
kaya, punya orangtua, tampan, dan punya segalanya.Mereka tampak sangat bahagia.
Namun ketika kulihat ada pengemis yang meminta makan pada mereka, dan mereka
malah menghindar aku malah melihat bahwa mereka tidak sebahagia yang aku
kira.Masa untuk memberikan sedikit uang mereka saja kepada pengemis itu mereka
tak bisa. Dan akhirnya, sejak saat itu aku berjanji akan membuat hidupku lebih
bahagia dari mereka. Aku mungkin tidak tampan, tidak kaya, tidak pintar, namun
aku masih bisa memberikan uangku pada orang lain. Dan itu lebih daripada
sekedar kaya, cantik ataupun pintar.Aku juga tidak harus jadi pejabat, artis, atau
pengusaha untuk bisa memberi.Aku cukup jadi diriku, seorang pemain musik cacat
yang suka memberi.Hanya itu dan aku merasa lebih berharga.Dan buktinya, semakin
banyak orang tiap harinya yang kutemui dan menjadi keluargaku.Setiap hari ada
banyak orang yang semakin dekat denganku dan menerima keadaanku.Salah satunya
Bapak yang sangat baik ini.Aku sudah menganggap bapak seperti ayahku sendiri”
ucap Makdin.
Tak
terasa mata Hotma langsung memerah.Air mata jatuh bergiliran di pipinya.Ia
sesenggukan hingga ia memegang kuat tangan ayahnya. Apa yang telah kulakukan?
Pikirnya.Ia merasa begitu bodoh didepan Makdin yang terlihat jauh lebih
berkekurangan darinya. Ia bahkan merasa sangat bersalah pada dirinya karena
telah merutuki dirinya selama ini. Ia harusnya lebih mencintai dirinya. Jika
Makdin saja bisa, mengapa Hotma tidak bisa?Ia tergugu. Tidak bisa bicara.Hanya
menangis dan memeluk erat ayahnya.
“Ayah
maafkan aku. Aku special, dan harusnya aku tahu itu. Maafkan aku…”
*